Kamis, 23 Juni 2011

Islamisasi Ilmu & Problematika Internal


Islamisasi Ilmu & Problematika Internal
Oleh : Syarifuddin Al-Ghifari Natonis

Al-Qur’an merupakan maha karya dari Allah yang pernah ada, kehebatannya tidak perlu diragukan lagi hingga akhir zaman nanti, bahkan dengan sangat jelas didalam Al-Qur’an Allah menantang siapa saja yang ingin mencoba untuk menandingi kehebatan Al-Qur’an dari semua sisi. Tidak heran jika beberapa dekade terakhir ini banyak sekali pembuktian sains ditemukan oleh para ilmuwan, baik limuwan muslim maupun non muslim, yang sangat erat kaitannya dengan penjelasan tentang sains yang terdapat dalam Al-Qur’an. Hal ini mendorong munculnya rumor yang dihembuskan mengenai Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Kenyataan ini lumrah adanya, karena beberapa dekade terakhir banyak sekali penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang hanya mampu ditemukan dengan peralatan-peralatan canggih abad ke-20 ini, yang dimana seolah-olah penemuan-penemuan tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan Islam, terutama Al-Qur’an, sedangkan pada faktanya, jauh (1400 tahun silam) sebelum adanya penemuan-penemuan tersebut oleh para ilmuwan, Al-Qur’an telah terlebih dahulu menjelaskannya secara garis besar, bahkan teori Relativitas Waktu_nya Albert Einstein terdapat Al-Qur’an. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apa saja yang dilakukan ummat muslim selama ini, sehingga justru yang serius melakukan eksperimen-eksperimen yang berujung kepada penemuan adalah ummat non muslim (Nashrani, Yahudi, dsbg) ?, hingga kesan yang pada akhirnya muncul ke permukaan dan semakin menguat adalah hal paling maksimal yang mampu

Minggu, 19 Juni 2011

haruskah.....?

tolonglah.......!!?
satu kecupan saja
karena mungkin esok
seribu satu kecup tiada berarti lagi
bagi raga yang terbalut sepi dalam kebisuan

Sabtu, 18 Juni 2011

RMS Dibalik Konflik Islam-Nasrani Yang Terjadi Di Maluku

RMS Dibalik Konflik Islam-Nasrani
Yang Terjadi Di Maluku
Oleh : Syarifuddin A. Natonis

Sedikit flash back dan mengupas kembali konflik berisukan agama yang terjadi di Maluku. Kita mungkin pernah mendengar konflik di Maluku yang menelan korban ribuan dari pihak Muslim maupun non muslim, lalu berita mengenai tertangkapnya Tibo Cs sebagai dalang RMS yang kemudian dihukum mati oleh aparat kepolisian Republik Indonesia. Menurut berita-berita yang acap kali dimuat dalam surat kabar maupun televisi, konflik yang terjadi di Maluku merupakan konflik antar masyarakat Maluku yang beragama Islam dan yang beragama Kristen. Hal ini senada dengan pernyataan resmi dari pemerintah yang menyatakan bahwa penyebab dari konflik tersebut adalah karena sejumlah konflik horizontal yang bernuansakan agama. Padahal sejak minggu pertama konflik terjadi, pihak Islam telah langsung menuduh RMS (Republik Maluku Selatan) adalah dalang dibalik semua kekacauan yang terjadi, mereka  ingin memberontak yang kedua kalinya terhadap kedaulatan Republik Indonesia dengan memanfaatkan isu konflik umat beragama. Karena sebagimana yang kita ketahui bahwasannya perbandingan presentase jumlah umat Islam dan Kristen yang ada dimaluku kurang lebih 50 % : 50 %, dan juga karena mayoritas pendukung RMS adalah masyarakat Maluku yang beragama Kristen Katolik. Tuduhan umat Islam ini bukan tanpa alasan dan bukti, karena konflik seperti ini pernah terjadi yaitu pemberontakan RMS pada 25 April 1950 silam, yang dimana juga menjadikan alasan konflik beragama sebagai alat untuk memerdekakan diri.
Maksud RMS dengan mengkambing hitamkan umat Islam dan Kristen adalah semata-mata agar mereka bisa menghindar dari kejaran aparat keamanan, lalu bebas bergerak dalam mengatur taktik pemberontakannya. Satu hal yang luput dari perhatian aparat kemanan adalah RMS (Republik Maluku Selatan) selalu siap berperang, mereka memiliki armada yang menyaru sebagai rakyat biasa dan badan khusus yang bertugas untuk kegiatan propaganda dan diplomasi yang dapat diketahui dari pemberitaan-pemberitaan yang memutar balikkan fakta baik itu didalam negri ataupun diluar negri seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Salah satu fakta yang tidak sempat disinggung dalam berita-berita nasional tersebut adalah, selama periode 6 bulan pertama (sampai akhir juli 1999) pihak Kristen dengan RMS sebagai otak penggeraknya terus menyerang umat Islam hingga menimbulkan korban dalam jumlah besar dari pihak umat Islam baik itu korban nyawa maupun korban hrta benda yang tidak senpat diselamatkan, lalu kemudian terjadilah pengungsian besar-besaran masyarakat Islam keluar Maluku.
Satu hal keji yang tidak semestinya terjadi di Negara yang terkenal dengan mayoritas umat Islamnya ini adalah, Pemerintah Indonesia hanya sebatas sebagai penengah saja, karena terlanjur beranggapan bahwa konflik yang terjadi adalah konflik beragama antara umat Islam dan umat Kristen, tanpa berani mengambil tindakan pengusutan secara mendalam.
Akibatnya, banyak kalangan yang memandang sebelah mata perjuangan umat Muslim Maluku dalam mempertahankan jiwa raganya, agamanya dan kedaulatan negaranya dalam menghadapi ancaman RMS (Republik Maluku Selatan). Yang masuk kedalam pemberitaan hanyalah ketika umat Islam mengadakan serangan balasan terhadap umat Kristen, tanpa memperhatikan mengapa sehingga umat Islam mengadakan penyerangan balasan tersebut.
Masyarakat luas tentu saja akan lebih percaya terhadap penjelasan pemerintah disbanding keluhan umat Islam Maluku. Bahkan ketika umat Islam merasakan bahaya yang mengancam semakin besar, pemerintah justru menuduh umat Islam Maluku tidak menghendaki adanya perdamaian. Entah kepentingan politik seperti apa yang melatar belakangi sehinggga pemerintah tidak berani mengambil statement bahwa RMS_lah dalang dibalik semua kekacauan yang terjadi. Sehingga dengan didukung oleh kondisi nasional yang sedang morat-marit dan keberhasilan Timor-Timor melepaskan diri dari Negara kesatuan Republik Indonesia, RMS semakin meningkatkan intensitas pemberontakannya baik itu dengan jalan kontak fisik maupun dengan cara diplomasi. Pemerintah seolah-olah takut terhadap kekuatan dibalik pemberontakan RMS, oleh karenanya pemerintah sengaja menghindari penyelesaian konflik Maluku sebagai pemberontakan.
Kondisi keamanan yang telah membaik seperti sekarang ini sesungguhnya adalah karena ajaran Islam yang mengharuskan umat Islam untuk menghentikan aksi pembalasan terhadap musuh-musuhnya.
RMS (Republik Maluku Selatan) berusaha meyakinkan dunia bahwa bangsa Maluku (menurut Front Kedaulatan Maluku [FKM], bukan suku Maluku) sedang mengalami aksi pemusnahan masal dari muka bumi, yang dipropogandakan dengan istilah Christian Cleansing diawal konflik, yang kemudian diganti dengan sebutan Genocide oleh Front Kedaulatan Maluku [FKM], yang berjuang mencapai kemerdekaan Republik Maluku Selatan (RMS) melalui jalur diplomasi Internasional. Dan juga RMS menggunakan jalur propaganda konflik beragama dan jalur diplomasi karena kekuatan TNI-Polri dengan didukung oleh umat Islam Maluku tidak sebanding dengan kekuatan mereka, karenanya mereka menggunakan pola yang paling efisien yaitu jalur politik seperti yang pernah ditempuh oleh pendahulu mereka Fretilin dalam mencapai kemerdakaan Timor Leste.
Karena itu penyelesaian konflik Maluku bukan yang hanya tampak dipermukaan saja, tetapi harus secara mendasar hingga keakar-akarnya meliputi ;
1.      Ancaman berkepanjangan ideology separatis Republik Maluku Selatan harus ditumpas hingga keakar-akarnya oleh pemerintah melalui suatu kebijaksanaan yang dituangkan dalam undang-undang Negara dan peraturan-peraturan pelaksanannya. Masyarakat Kristen harus pro-aktif dalam pelaksanannya, karena permasalahan ideology separatis ini memang mendapat habitat hidup ditengah-tengah masyarakat Kristen Maluku.
2.      Isu konflik horizontal hembusan RMS mengenai konflik beragama antara umat Islam dan Kristen Maluku harus dihilangkan, karena isu semacam ini mudah membakar dendam para penganutnya terutama penganut agama Kristen.
Kenyataan ini sudah semestinya menyadarkan kita masyarakat Indonesi seluruhnya bahwa bahaya yang mengancam kedaulatan Rerpublik Indonesia sewaktu-waktu bisa timbul, tinggal kemnali kepada kita rakyat Indonesia untuk menyikapi segala perbedaan yang ada dengan sebaik-baiknya.

Kemuliaan menyendiri dan implikasinya terhadap inovasi

Kemuliaan menyendiri dan implikasinya terhadap inovasi
*Oleh : Syarifuddin A. Na’tonis

Seringkali kita mendengar istilah yang menyatakan bahwa pekerjaan diam adalah emas, pernyataan ini bukanlah isapan jempol belaka, karena selain dengan lebih memilih diam berarti lebih menutup kesempatan untuk tertutupnya hati kita, pekerjaan diam yang disertai dengan kegiatan merenung akan lebih membuka kesempatan kita untuk mendekatkan diri terhadap sang pencipta Allah SWT. Diam dalam pengertian ini adalah diam karena memang pekerjaan diam tersebut sebagai alternative terbaik diantara sekian alternative lainnya, yang dimana dengan pekerjaan diam yang kita pilih lebih membuka kesempatan kita untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif.
Tidak sedikit orang yang berhasil menghasilkan inovasi-inovasi terbaru sebagai hasil dari pekerjaan merenung. Contoh konkrit dan sederhana, seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya Filsafat yang merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan yang ada di alam semesta ini hanyalah diperoleh lewat kegiatan berfikir dan merenung.
Berfikir inovatif berarti berfikir dengan berusaha untuk merangkaikan atau menghubungkan seruntutan peristiwa-peristiwa masa lampau yang telah dijalani dan masa sekarang yang akan dijalani untuk menghasilkan kesimpulan terpenting demi menunjang penemuan akan inovasi-inovasi terkini. Bukankah telah jelas juga digambarkan dalam Al-Qur’an :
“dan barang siapa yang mengambil hikmah (dari setiap kejadian yang dialaminya), maka sungguh ia telah beroleh kebaikan yang banyak”
Satu yang menjadi kebenaran umum dan tidak bisa dipungkiri, bahwasannya hikmah hanyalah akan diperoleh melalui pekerjaan merenung, merenungi tahap demi tahap peristiwa yang telah dilewati.
Manfaat lainnya adalah, pekerjaan berdiam diri akan menahan diri dari menggunjingkan orang lain, banyak tertawa dan hal-hal lain yang yang dapat membuat hati sekeras batu nisan. Lagipula, bukankah telah jelas digambarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW, bahwasannya pekerjaan banyak tertawa membutakan mata hati dan mengaburkan kepekaan indra perasa terutama yang berhubungan dengan hati.
Dengan lebih memilih untuk berdiam diri terhadap hal-hal yang tidak berguna nilai seseorang menjadi sangat tinggi. Ia laksana matahari atau purnama yang tersembunyi dibalik gumpalan awan, atau laksana mutiara yang terpendam didasar lautan.
Dengan lebih memilih untuk berdiam diri terhadap hal-hal yang tidak berguna wibawa dan kehornatan dapat terjaga, dapat melindungi dari pencurian watak dan karakter, karena sesungguhnya watak adalah penggerak utama pencuri kebiasaan-kebiasaan tanpa memandang kebiasaan baik atau buruk yang ditiru. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang suka menyia-nyiakan usia, niscaya prilaku mereka akan mencuri kebiasaan-kebiasaan baik kita. Akibatnya, kita yang pada awalnya adalah pribadi yang giat berikhtiar akan berubah menjadi pribadi yang gemar bermalas-malasan, tidak punya visi-misi hidup dan kerjanya hanya berangan-angan.

Esensi Kholifah


Esensi Kholifah
Oleh : Syarifuddin A. Natonis
                                                                                                       
Allah menciptakan segala sesuatu yang ada didunia ini dengan tidak Cuma-Cuma, dan diantara sekian banyak ciptaan Allah tersebut tentulah yang paling sempurna adalah manusia, dikarenakan manusia dilengkapi dengan akal untuk berfikir dan merenungi segala sesuatu perihal ciptaaan Allah SWT. Lain halnya dengan hewan yang sekalipun mempunyai kepentingan yang notabene hampir sama dengan manusia, hewan tetaplah mempunyai perbedaan dengan manusia. Persamaan-persamaan itu diantaranya adalah sebagai berikut, manusia bergerak hewanpun bergerak, manusia mwmbutuhkan oksigen (O2) untuk berespirasi hewanpun demikian adanya, manusia butuh makanan, minuman, dan tempat tinggal hewanpun butuh, dan masih banyak lagi persamaan lainnya hingga tidak salah rasanya jika ada yang mengatakan bahwa manusia adalah hewan yang berfikir, sekalipun istilah ini terdengar sedikit kasar.
Jika sekali-kali kita ingin bertanya, mengapa hewanlah yang paling sering dipersamakan dengan manusia, hal tersebut karena memang ciptaan Allah yang memiliki paling banyak persamaan dengan manusia adalah hewan. Hanya saja yang membedakan manusia dengan ciptaan Allah yang lainnya adalah kembali kepada kenyataan bahwa manusia dianugerahkan akal sedangkan hewan apalagi tumbuhan tidak.
Benar adanya, bahwa pada kenyataannya terkadang menusia memang tidak mengoptimalkan potensi akal yang dimilikinya sehingga yang timbul adalah kekacauan dan kerusakan dimuka bumi, bukannya kemaslahatan, seperti halnya yang dikhawatirkan para malaikat ketika Allah SWT memberitahu kepada mereka dalam surat Al-Baqoroh, bahwasaannnya Allah akan menciptakan kholifah diatas dunia yang bernama manusia, kemudian para malaikat bertanya kepada Allah, apakan bentuk pengtauhidan para malaikat yang selama ini senantiasa mereka haturkan kepada Allah masih kurang sehingga Allah berencana untuk menciptakan makhluk lain selain mereka diatas dunia ini. Dan Allah SWT hanya menjawab sesungguhnya yang maha mengetahui hanyalah Dia seorang.
            Kholifah sendiri berarti pemimpin yang dimana didalam pengertian ini, manusia tidak hanya sebagai pemimpin atas kaumnya, akan tetapi juga menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, sudah semestinya kita menyadari dengan sepenuhnya bahwa pada hakikatnya kita semua adalah pemimpin, dan yang membedakannya hanyalah apa dan siapa yang dipimpin.

Wallahua’lam bisshawab…

Kamis, 16 September 2010

hitamku

kembali terasa keheningan itu
menembus radikalnya harapan yang masih tersisa
semakin mengikis egoisnya deru sang waktu
dalam kepiawaian mulut ini dibalik kuasa lidah
tiada pernah tentu arah jalinan ini
selalu menghasilkan yang sulit dilogikakan
lidah ingin berdiskusi mencari tau
dicerna nalar mempertahankan kebodohan
lalu ego mempertahankan posisinya sebagai yang maha tau
tiada harapan lain yang diperoleh
setarakah hasil dari proses yang diussahakan?
kembali kuasa hening memupus radikalnya harapan sang pengharap